Wisata Tugu Jogja

Ada pepatah yang sebutkan bila bertandang ke Jogja tidak afdol jika tidak bertandang ke Tugu Jogja. Kelihatannya pepatah itu manjur karena setiap hari terutamanya waktu malam hari banyak beberapa wisatawan di luar daerah untuk menyempatkan diri bertandang ke Tugu Jogja yang ada di jantung kota Yogyakarta ini. Walau dari bagian ukuran Tugu Jogja tidak sebesar Monas di Jakarta yang ialah monumen sentral, tapi dari bagian pengunjung, object wisata di Jogja ini juga tidak kalah dari Monas karena setiap hari ada saja beberapa wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.

Wisata Pantai Parang Teritis Yogyakarta

 

Memang bentuk Tugu ini bisa disebut “Jogja banget” karena memang arsitekturnya sesuai budaya jawa yang kental akan seni. Tapi kenyataannya dibalik itu semua, Tugu Yogyakarta ini menyimpan cerita yang menarik untuk diceritakan pada sahabat Alodia semua. Dimana Tugu Jogja ini sebenarnya dahulu tidak berbentuk seperti yang saat ini kelihatan yaitu ujung atasnya runcing. Tugu Yogyakarta pada jaman dahulu memiliki ketinggian yang lebih tinggi, sekitar 25 mtr. dengan puncaknya yang membulat.

http://mitraseo.hol.es/wisata/bukit-panguk-kediwung/

 

Nama monumen itu pada jaman dahulu sebenarnya bukan Tugu Yogyakarta seperti yang didapati saat ini. Namanya dulu adalah Golong Giling yang mendeskripsikan mempunyai bentuk Tugu pada jaman dahulu yaitu tiangnya berbentuk silinder atau dalam bahasa jawa disebut Golong dan puncaknya yang bulat yaitu Gilig. Tapi sayangnya Jogja yang ada di tepi samudera Hindia menyebabkan sering berlangsungnya gempa bumi di daerah ini, dimana pada tanggal 10 Juni 1867, Tugu Yogyakarta ini roboh sebab getaran gempa yang cukup kencang di wilayah Yogyakarta.

Wisata Watu Goyang Yogyakarta

 

Maklum, karena Tugu Jogja ini dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, sampai diyakinkan untuk konstruksinya belum demikian baik seperti bangunan jaman sekarang. Lalu karena hancur, diprakasai oleh Pemerintah Hindia Belanda dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, selanjutnya Tugu Jogja mulai diperbaiki kembali pada tahun 1889, sampai mempunyai bentuk seperti sekarang, yaitu tiangnya cendenrung mengotak, dengan puncaknya seperti gunungan yang mengerucut.

Ruth Blog © 2018 Frontier Theme